ANIS
NUR ROHMAH
18111473
1
KA 43
ILMU
BUDAYA DASAR
Manusia dan Kebudayaan
KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Apakah yang
di maksud kesusastraan dalam ilmu budaya dasar?
Budaya
Pendekatan Kesusastraan
Hampir di setiap zaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang penting
dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi
nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan yang
terdapat dalam filsafat atau agama. Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya
tidak normatif, seni lebih mudah berkomunikasi, dan nilai-nilai yang
disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya.
Sastra mempunyai peranan yang lebih penting, karena sastra mempergunakan
bahasa. Bahasa juga mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan
kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian
melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk
memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan
bahasa. Dengan demikian manusia dengan bahasa pada hakekatnya adalah satu.
Sastra juga mempermudah komunikasi, karena karya sastra adalah penjabaran
abstraksi. Sementara itu, filsafat yang juga mempergunakan bahasa adalah
abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan yang digarap oleh filsafat
adalah abstrak.
Sastra juga
didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan
cerita orang lebih mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang
tidak normatif.
Ilmu Budaya Dasar tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam satu bidang
keahlian yang termasuk di dalam pengetahuan budaya (The Humanities). Akan
tetapi semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikal terhadap
nilai-nilai budaya. Sastra digunakan sebagai alat untuk membahas
masalah-masalah kemanusiaan, yang membantu kita untuk menjadi lebih humanus.
Ilmu Budaya
Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa
Dalam bahasa
Indonesia prosa sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan
sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan, yang mempunyai pemeran, lakuan,
peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah
cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, novel, atau cerita pendek.
Dalam
kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
Prosa Lama meliputi :
Prosa Lama meliputi :
- Dongeng
- Hikayat
- Sejarah
- Epos
- Cerita pelipur lara
2. Prosa
Baru adalah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apapun. Prosa Baru meliputi
:
- Cerita pendek
- Roman / novel
- Biografi
- Kisah
- Otobiografi
Komponen
dalam Prosa Lama adalah sebagai berikut :
- Pantun : bentuk puisi yang terdiri atas 4 baris yang bersajak bersilih dua-dua (ab-ab).
- Gurindam : puisi Melayu lama yang terdiri dari dua larik (baris), mempunyai irama akhir yang sama dan merupakan satu kesatuan yang utuh.
- Mantera : merupakan salah satu genra puisi Melayu tradisional yang diwarisi sejak zaman primitif, prasejarah dan animisme.
- Talibun : sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris).
- Sage : cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang.
Komponen
dalam Prosa Baru adalah sebagai berikut :
- Novel : sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa italia novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”.
- Biografi : kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.
- Cerpen : cerita yang berbentuk naratif. Jadi cerpen bukan argumentasi atau analisa atau deskripsi.
- Drama : salah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari bahasa yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”.
- Soneta : salah satu bentuk sastra baru yang berasal dari Italia. Soneta masuk kedalam sastra Indonesia baru.
Nilai-Nilai
Dalam Prosa Fiksi
Prosa Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban oleh palaku-pelaku
tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu
yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu
ceritera.
Dalam membaca prosa fiksi seperti novel atau cerita pendek, pasti dapat
ditemukan beberapa nilai, diantaranya :
1. Prosa
fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan
atau kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan
pengalaman seperti menagalami peristiwa itu sendiri.
2. Prosa
fiksi memberikan informasi
Fiksi
memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.
3. Prosa
fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi
dapat menstimulasi imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak
henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
4. Prosa
memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa
fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman
dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk
memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat
berbeda dari apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
Dari banyak
memperoleh pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya,
terutama di dalam menghadapi kenyataan-kenyataan diluar dirinya yang mungkin
sangat berlainan dari pribadinya.
Berkenaan
dengan moral, karya sastra dibagi dua, yaitu karya sastra yang menyuarakan
aspirasi zamannya, dan karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya.
Karya sastra
yang menyuarakan aspirasi zamannya mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang
dikehendaki zamannya. Sedangkan karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya,
biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi untuk
merenung.
Adapun
beberapa contoh karya sastra adalah : Mahabrata dan Ramayana, Hikayat Hang
Tuah, dan Layar Terkembang.
Ilmu Budaya
Yang Dihubungkan Dengan Puisi
Puisi termasuk seni sastra, sedangkan satra bagian dari kesenian, dan kesenian
adalah cabang unsur kebudayaan. Kalau diberi batasan, puisi adalah ekspresi
pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui
media bahasa yang asrtistik, estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan
kata-katanya.
Kepuitisan,
keartistikan, atau keestetikaan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas
penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
- Figura bahasa
- Kata-kata yang ambiquitas
- Kata-kata berjiwa
- Kata-kata yang konotatif, dan
- Pengulangan
Dibalik kata-katanya yang padat, ekonomis, dan sukar dicerna maknanya itu,
puisi berisi tentang potret kehidupan manusia. Puisi merupakan hasil
penghayatan dan pengalaman penyair terhadap kehidupan manusia, terhadap alam
dan Tuhan yang diekspresikannya melalui bahasa yang asrtistik.
Adapun
alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada Ilmu Budaya Dasar adalah
sebagai berikut :
- Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut ” pengalaman
perwakilan “. Ini berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah satu
kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar
sekumpulan pengalaman langsung yang terbatas.
Pendekatan
terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang
disebut “imaginative entry”, yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup
sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
- Puisi dan keinsyafan / kesadaran individual
Dengan membaca puisi kita diajak untuk dapat menjenguk hati / pikiran manusia,
baik orang lain maupun diri sendiri. Karena melalui puisinya penyair
menunjukkan kepada pembaca bagian lain dalam hati manusia, dan menjelaskan
pengalaman setiap orang.
- Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial, yang terlibat dalam issue dan problem sosial. Secara
imaginatif, puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa
berupa :
- Penderitaan atas ketidakadilan
- Perjuangan untuk kekuasaaan
- Konflik dengan sesamanya
- Pemberontakan terhadap hukum Tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar